(Bahaya Memaksa Anak untuk Makan)
Ketika anak-anak memasuki
masa sulit makan, biasanya orangtua akan memaksa mereka makan dengan
berbagai cara. Dengan alasan untuk memenuhi kebutuhan gizi anak, tak
jarang orangtua -khususnya ibu- melontarkan paksaan dan ancaman agar
anak mau menelan makanannya.
+ Tips dokter agar balita gemuk & banyak makan baca ulasannya di catatan kami : http://on.fb.me/13GcvXB
"Pemaksaan sampai ancaman ini seharusnya tidak boleh dilakukan kepada
anak, karena akan memengaruhi perkembangan anak," ungkap pakar nutrisi
dan diet dari komunitas Sehati, Emilia Achmadi, MSc, kepada Kompas
Female, saat talkshow Enfagrow di fX, Jakarta, beberapa waktu lalu.
Menurut Emilia, ada beberapa kategori yang tergolong sebagai bentuk
pemaksaan kepada anak agar mereka mau makan (dan sebaiknya tidak
dilakukan):
1. Memberi makanan sebagai hadiah
Dalam kategori
ringan, orangtua akan memberikan berbagai iming-iming agar anak mau
makan. "Misalnya, kalau mau makan maka mereka akan mendapat cokelat, es
krim, dan aneka makanan lainnya," tambahnya. Meskipun anak sebenarnya
tidak mau makan, namun reward yang ditawarkan akan membuat mereka mau
makan demi mendapatkan makanan yang disukainya.
Meski proses
iming-iming ini akan membuat anak mau makan saat itu, namun akan selalu
tertanam dalam pikiran anak bahwa setelah makan mereka akan bisa
menyantap makanan apa saja yang mereka inginkan. Parahnya lagi, mereka
akan beranggapan bahwa makanan reward ini boleh dimakan
sebanyak-banyaknya karena mereka sudah makan nasi. Efek yang paling
parah, mereka tidak bisa mengontrol asupan makanan ke dalam tubuh, dan
berakhir dengan obesitas.
2. Menakut-nakuti anak
Dalam
kategori ini, orangtua akan mengancam anak-anaknya untuk mau makan.
Biasanya mereka akan mengancam dengan berbagai hal yang tidak disukai
anak. Padahal, keengganan anak untuk makan pasti ada sebabnya. Bisa jadi
makanan yang disediakan kurang enak dan kurang menggugah seleranya.
Namun, biasanya orangtua lebih mementingkan agar makanan yang bergizi
ini disantap habis oleh sang anak.
"Yang tak kalah penting dari
rasa dalam sepiring makanan adalah tampilannya, khususnya untuk anak.
Dengan tampilan yang menggugah selera, anak pasti akan lebih bersemangat
untuk makan," ungkap Executive Chef The Dharmawangsa Hotel, Vindex
Tengker, kepada Kompas Female, dalam kesempatan berbeda.
Proses
menakut-nakuti agar anak mau makan ini bisa mengakibatkan dampak
psikologis berupa serangan anoreksia dan bulimia pada anak. Karena
"proses" makan yang mereka lakukan ini hanya dilakukan untuk
menyenangkan orangtuanya saja, tanpa perlu dicerna lebih lanjut di dalam
perutnya. Bukan tak mungkin anak akan memuntahkan kembali makanan
tersebut ketika orangtuanya tidak memperhatikan mereka lagi.
3. Mengancam
Kategori yang paling parah adalah ketika orangtua mulai mengancam
anak-anaknya agar mau makan. Misalnya jika anak tidak mau makan, si ibu
tidak mau bicara dengannya, anak akan ditinggal sendirian, atau akan
dipukul saat tak mau makan, dan lain sebagainya. Proses ancaman ini
ketika dilakukan dalam jangka waktu yang lama terbukti bisa menimbulkan
trauma tersendiri dalam diri anak. "Mereka akan mengalami sentimen
negatif pada makanan," tukas Emilia.
Sentimen negatif ini akan
berakibat pada adanya rasa takut terhadap makanan, sehingga ketika tiba
saatnya makan mereka akan selalu terbayang pada ancaman yang diberikan
orangtuanya. "Ada rasa depresi ketika melihat makanan, dan akhirnya
makan hanya karena takut akan ancaman orangtuanya. Ini sangat
berbahaya," jelasnya.
SHARE YAA BUNDA…
Sumber: KOMPAS.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar